Bengkulu – Penjualan Pertamax di Provinsi Bengkulu turun drastis, mencapai 30-50%. Ketua Umum DPP Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven, menyebut penurunan ini terjadi karena isu oplosan BBM yang membuat masyarakat ragu membeli Pertamax di Pertashop.
“Kasus oplosan BBM sangat memengaruhi kepercayaan masyarakat. Mereka kini sulit percaya dengan lembaga penyalur yang khusus menjual Pertamax,” kata Steven, Minggu (9/3).
Steven menjelaskan, masyarakat khawatir mendapatkan Pertamax oplosan, padahal Pertamax memiliki RON 92, lebih tinggi dari Pertalite yang RON 90. “Penjualan di Bengkulu turun sangat drastis,” ujarnya.
Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, HPMPI melakukan pengecekan langsung di laboratorium Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pulau Baai milik Pertamina. Prosesnya dimulai dari pengiriman BBM oleh kapal tongkang yang dilengkapi sertifikat kualitas (COQ). Setelah tiba, BBM diperiksa ulang di laboratorium. Jika lolos, BBM disimpan di tangki timbun sesuai jenisnya, lalu dipompa ke mobil tangki untuk didistribusikan ke Pertashop atau SPBU.
Sebelum dikirim, BBM kembali diperiksa oleh gatekeeper untuk memastikan kuantitas, suhu, densitas, dan kondisi mobil tangki. Setelah semua parameter terpenuhi, mobil tangki dipasangi segel untuk menjamin keamanan produk selama perjalanan.
“Pertamax yang dijual di Pertashop dan SPBU sudah melalui proses pengecekan ketat di laboratorium. Hasilnya menunjukkan BBM murni dengan RON 90 dan 92. Masyarakat tidak perlu ragu lagi,” tegas Steven. (Redaksi)