Cahaya Perempuan Gelar Puncak Perayaan Hari Anak: Dorong Pendidikan Seksual dan Reproduksi yang Komprehensif

5

Bengkulu – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Cahaya Perempuan Bengkulu menggelar perayaan puncak bertema “Anak Sehat, Sadar Hak dan Terlindung Melalui Pendidikan Seksual dan Reproduksi”. Kegiatan ini digelar secara serentak di empat lokasi berbeda, yakni di SMP 17 Kabupaten Seluma, Kantor Bappeda Kabupaten Kepahiang, Balai Desa Sumber Urip Kabupaten Rejang Lebong, dan Kantor Cahaya Perempuan Bengkulu.

Perayaan ini diikuti oleh kelompok perempuan muda, perwakilan keluarga Gaharu, serta pemuda Karang Taruna. Kegiatan juga menghadirkan tenaga kesehatan sebagai narasumber untuk memberikan edukasi seputar kesehatan seksual dan reproduksi.

Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan, Leksi Oktavia, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada anak-anak dan remaja, baik perempuan maupun laki-laki, terkait isu-isu kesehatan seksual dan reproduksi, serta pentingnya nilai-nilai kesetaraan gender dan pencegahan perkawinan anak.

“Pendidikan seksual dan reproduksi sangat penting dikenalkan sejak dini, baik dalam keluarga sebagai madrasah pertama maupun di lingkungan pendidikan formal. Ini akan membantu anak menjadi lebih sadar akan tubuh dan hak-haknya, serta terlindung dari risiko kekerasan seksual,” ujar Leksi Oktavia.

Baca Juga:  BKN Sambangi Pemprov Bahas Penerapan Sistem Merit ASN

Dalam sesi diskusi, peserta mendapatkan materi tentang tahapan kesehatan reproduksi perempuan muda, termasuk pra-menstruasi, proses menstruasi, hingga risiko hubungan seksual di usia anak. Banyak peserta mengaku baru kali ini mendapatkan pengetahuan secara utuh mengenai isu tersebut. Hal ini menunjukkan masih adanya anggapan tabu dalam keluarga mengenai pendidikan seksual dan reproduksi.

Selain itu, Cahaya Perempuan juga mengangkat isu mengenai perkawinan usia anak. Leksi menyoroti pentingnya komunikasi terbuka dalam keluarga agar anak-anak merasa aman menyampaikan pendapat maupun pengalaman mereka.

“Kurangnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak menjadi salah satu penyebab anak cenderung tertutup dan rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Orang tua harus menjadi tempat aman bagi anak,” jelasnya.

Peserta juga diajak untuk memahami bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual yang kerap kali dilakukan oleh orang terdekat dan tidak disadari oleh korban karena minimnya pengetahuan.

Leksi berharap, melalui momentum Hari Anak ini, pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi dapat terus diperjuangkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Baca Juga:  Pemprov Bengkulu Peringati Hari Anak Nasional

“Kami ingin setiap anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, sadar akan haknya, dan terlindung dari segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan seksual,” tutupnya.

\ Get the latest news /