Bengkulu – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Provinsi Bengkulu, telah mulai memasuki musim kemarau. Prakirawan BMKG Bengkulu, Andre Alfando, menjelaskan bahwa awal musim kemarau di wilayah ini dimulai pada dasarian kedua Mei 2025, diawali dari bagian timur Kabupaten Mukomuko dan akan meluas secara bertahap hingga Juni.
Musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung lebih pendek dibandingkan tahun lalu. Puncaknya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Meski demikian, hujan ringan masih berpotensi terjadi dengan intensitas rendah, yakni kurang dari 50 milimeter per bulan. Beberapa wilayah seperti Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan masih mengalami hujan ringan dalam dua hari terakhir akibat faktor lokal dan dinamika atmosfer.
Secara nasional, BMKG mencatat sekitar 60 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan kondisi normal. Sementara 26 persen wilayah diprediksi lebih basah dari biasanya, dan 14 persen lainnya lebih kering dari normal.
Menghadapi musim kemarau, BMKG mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah rawan kekeringan, untuk melakukan langkah antisipatif. Hal ini penting terutama untuk sektor pertanian dan ketersediaan air bersih. Masyarakat diimbau menyesuaikan jadwal tanam agar tanaman tidak terkena dampak fase kritis kekeringan.
BMKG juga menyarankan pemanfaatan teknologi pemanenan air hujan selama masa transisi sebagai cadangan air untuk musim kering. Selain itu, masyarakat diminta memantau kualitas udara, terutama saat puncak kemarau, sebagai bagian dari langkah mitigasi terhadap potensi gangguan kesehatan.
“Penting bagi masyarakat untuk terus mengikuti informasi dan prediksi cuaca dari BMKG sebagai dasar pengambilan keputusan di berbagai sektor,” kata Andre.