Senator Destita Dukung Program Percontohan Tumpang Sari Sawit Terapan Universitas Wageningen Belanda

31

Seluma — Kabupaten Seluma resmi menjadi lokasi percontohan pelaksanaan program pertanian berkelanjutan melalui sistem tumpang sari (intercropping) pada lahan sawit. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Arkonesia, perusahaan pertanian berbasis iklim yang dipimpin alumni Wageningen University Yusrian Saubara (Yanda), dengan dukungan langsung dari Pemerintah Belanda dalam skema program SustainPalm.

Kehadiran Yanda bersama tim dari Belanda yang dipimpin oleh Prof. Maya Slingerland disambut langsung oleh Bupati Seluma, Teddy Rahman, S.E., M.M., dan Senator DPD RI asal Bengkulu, Apt. Destita Khairilisani, S.Farm., MSM. di Ruang Kerja Bupati Seluma, Kamis (19/6). Pertemuan membahas implementasi proyek tumpang sari sawit di Desa Riak Siabun, Kecamatan Sukaraja, dengan lahan seluas 10 hektare yang akan berlangsung selama tiga tahun.

Dalam sambutannya, Bupati Teddy Rahman menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap program yang dinilai sangat relevan untuk diterapkan di Seluma.

“Kabupaten Seluma hari ini kedatangan profesor dari Belanda bersama Mas Yanda, putra asli Bengkulu yang merupakan alumni Wageningen University dan penerima beasiswa LPDP. Mereka datang membawa pengetahuan dan teknologi pertanian terkini,” ujar Bupati.

Teddy menjelaskan, sistem tumpang sari yang diterapkan akan membantu pemanfaatan lahan sawit secara lebih maksimal, terutama pada masa replanting.

Baca Juga:  Dewan Kritik Kinerja Pelindo, Desak Pemerintah Ambil Alih Pengelolaan Pelabuhan Bengkulu

“Dari yang awalnya kosong, lahan bisa dimanfaatkan dengan menanam buah-buahan seperti semangka dan melon yang bernilai ekonomi tinggi. Bibitnya telah melalui riset, pupuknya pun demikian, dan hasilnya nanti akan ditampung serta dipasarkan oleh Arkonesia,” jelasnya.

Teddy juga menekankan proyek ini punya nilai strategis dalam menghadapi serangan penyakit ganoderma yang menjadi musuh alami kelapa sawit. Apalagi jika sudah masuk generasi kedua, ganoderma bisa merusak 50 persen populasi, bahkan hingga 80 persen pada generasi ketiga.

Selain nilai ekologisnya, secara ekonomi, Bupati menyebut tumpang sari mampu menghasilkan panen setiap tiga bulan sekali, dengan potensi pendapatan mencapai Rp100 juta per hektare.

“Dengan sistem tumpang sari, kita harap bisa mengurangi sebaran hama jamur sawit,” ungkapnya.

Senator Destita juga menyatakan kehadirannya dalam kegiatan ini merupakan bentuk komitmen DPD RI dalam memperjuangkan program yang berdampak nyata bagi masyarakat Bengkulu.

“Alhamdulillah, sebagai senator dari Provinsi Bengkulu, saya merasa ini bagian dari tugas saya untuk mencari peluang-peluang pembangunan yang bisa kita bawa ke kabupaten-kabupaten, termasuk Seluma. Salah satunya adalah program intercropping ini,” tuturnya.

Destita menjelaskan sistem tumpang sari sawit ini memberi keuntungan ganda bagi petani karena mereka tetap mendapatkan penghasilan di masa tunggu sawit yang baru tumbuh kembali.

Baca Juga:  Gerakan Isi Piringku Dorong Orang Tua Siapkan Makanan Bergizi

“Petani bisa mendapatkan double income, dari sawit dan dari hasil tumpang sari. Dan yang paling penting, program ini didesain ramah lingkungan. Ini sangat penting, terutama jika kita ingin produk sawit kita bisa menembus pasar Eropa yang kini mewajibkan sistem pertanian berkelanjutan,” paparnya.

Ia berharap proyek percontohan di Riak Siabun ini bisa berkembang dan menyebar ke desa-desa lain hingga menjangkau kabupaten lain di Provinsi Bengkulu. “InsyaAllah kalau ini sukses, bisa jadi model bagi daerah lain. Dan kami akan terus mendukung dengan membuka peluang-peluang kerja sama internasional lain yang bisa membantu masyarakat Bengkulu,” pungkasnya.

Sementara itu, Yanda menjelaskan pengembangan sistem ini bukan hanya berbasis riset, tetapi ditujukan untuk implementasi dan ekspansi. Yanda bercerita di mana sepulang dari Belanda, Ia bersama rekan-rekan akhirnya mendirikan perusahaan Arkonesia di Bengkulu, dengan fokus pada pertanian cerdas iklim yang kemudian dapat diterapkan pada perkebunan sawit semasa replanting.

“Intercropping atau tumpang sari ini kami pilih karena bisa jadi solusi bagi petani sawit, khususnya yang lahannya terjangkit ganoderma,” jelasnya.

Baca Juga:  Perkuat Ketahanan Pangan, Bengkulu Panen 3.320 Ton Jagung

Yanda menambahkan Arkonesia telah memiliki proyek di berbagai wilayah Bengkulu seperti Kaur, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Mukomuko, dan Bengkulu Tengah. Namun Seluma dipilih sebagai pusat perhatian karena adanya penyebaran ganoderma yang cukup tinggi, khususnya di wilayah Siagun.

“Ganoderma tidak bisa diobati, jadi harus dicegah dengan cara pengelolaan yang baik. Tumpang sari adalah salah satu pendekatan yang terbukti mampu menekan dampaknya,” terangnya.

Lebih lanjut, Yanda menjelaskan proyek SustainPalm didesain sebagai solusi menyeluruh bagi petani. Selain mengurangi risiko pembukaan hutan, pendekatan ini juga memastikan bahwa lahan yang sudah ada bisa dikelola lebih efisien dan produktif.

“Kita bangun cross-loop ecosystem dari pembiayaan, pendampingan teknis oleh agronomis kami, sampai pemasaran hasil panen. Petani tidak akan ditinggalkan sendiri,” ujarnya.

Pemilihan lahan milik petani Riak Siabun, Jumad, sendiri bukan tanpa alasan. Mengingat Jumadi merupakan satu petani rekomendasi dari pemerintah daerah yang sudah berhasil melakukan sistem pertanian moderen termasuk tumpang sari sawit semangka. Dengan program ini nantinya diharapkan hasil panen semangka miliknya bisa mencapai 3 kali panen dalam setahun.

\ Get the latest news /