Bengkulu – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat inflasi di Bengkulu pada Februari 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Pada bulan tersebut, Bengkulu mencatat deflasi sebesar 1,26 persen secara tahunan (year-on-year/y-on-y) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 104,73. Angka ini turun dari deflasi Januari 2025 yang sebesar 0,09 persen (y-on-y).
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME, menjelaskan bahwa pada Februari 2025, inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) Bengkulu tercatat minus 0,57 persen.
“Sehingga sampai dengan Februari 2025, inflasi tahun kalender kita (year-to-date/y-to-d) berada di angka minus 1,16 persen, dan secara tahunan (y-on-y) minus 1,26 persen,” ujar Win Rizal dalam konferensi pers di Kantor BPS Bengkulu, Senin (3/3).
Dibandingkan Januari 2025 yang mencatat deflasi 0,59 persen, inflasi bulanan di Februari 2025 mengalami sedikit kenaikan. Namun, secara tahun kalender, deflasi semakin dalam, dari 0,59 persen pada Januari menjadi 1,16 persen di Februari 2025.
Deflasi tahunan di Bengkulu dipengaruhi oleh penurunan harga di beberapa kelompok pengeluaran, antara lain:
– Makanan, minuman, dan tembakau: turun 0,26 persen
– Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: turun 13,58 persen
– Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga: turun 0,80 persen
– Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan: turun 0,41 persen
Di sisi lain, beberapa kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks harga, seperti:
– Pakaian dan alas kaki: naik 1,13 persen
– Kesehatan: naik 2,88 persen
– Transportasi: naik 1,27 persen
– Rekreasi, olahraga, dan budaya: naik 1,38 persen
– Pendidikan: naik 1,91 persen
– Penyediaan makanan dan minuman/restoran: naik 2,09 persen
– Perawatan pribadi dan jasa lainnya: naik 6,12 persen
Win Rizal menilai bahwa penurunan tarif listrik dan ketersediaan pasokan komoditas menjadi faktor utama deflasi ini. “Cukup berdampak adalah adanya diskon tarif listrik dan fenomena lainnya seperti pasokan komoditas yang memadai,” jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah memberikan diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 450 VA hingga 2.200 VA selama Januari dan Februari 2025. Dampak penurunan tarif listrik ini sudah terasa sejak Januari bagi pelanggan prabayar, sedangkan pelanggan pascabayar baru merasakan efeknya di Februari 2025.
Meskipun inflasi menurun, Win Rizal mengingatkan pentingnya mengantisipasi kenaikan harga pangan menjelang Ramadan. “Saat ini kita memasuki bulan Ramadan, dan ini harus benar-benar diantisipasi. Jangan sampai lonjakan harga tidak terkendali,” tegasnya.
Untuk mencegah lonjakan inflasi pada Maret, ia menekankan perlunya optimalisasi pemantauan harga pangan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
“Yang harus dipantau bukan hanya kenaikan harga, tetapi juga ketersediaan pasokan. Kalau harga naik, mungkin sulit direm, tetapi yang berbahaya adalah ketika harga naik dan tidak turun lagi,” jelasnya.
Selain itu, masyarakat diimbau agar tidak melakukan panic buying atau belanja berlebihan. “Kita harap masyarakat tetap bijak dalam berbelanja, terutama selama Ramadan,” tambahnya.
Selain deflasi di tingkat provinsi, dua kota sampel perhitungan inflasi di Bengkulu juga mencatat penurunan harga.
Kota Bengkulu: Deflasi sebesar 0,98 persen (y-on-y) dengan IHK 104,88
Kabupaten Mukomuko: Deflasi sebesar 2,10 persen (y-on-y) dengan IHK 104,29
Dengan tren deflasi yang berlanjut, pemerintah dan pemangku kepentingan diharapkan terus memantau dinamika harga, terutama pada bulan Ramadan, agar stabilitas ekonomi daerah tetap terjaga. (Redaksi)